Beratnya Menjadi Seorang Muslim di Amerika

1776

Jakarta, Muslim Obsession – Menjadi kaum minoritas di negara Super Power Amerika Serikat menjadi tantangan sendiri bagi Umat Islam. Sebab, sering kali kehidupan mereka dicurigai, bahkan dikucilkan. Islam selalu dipandang sebagai agama yang dekat dengan kelompok teroris dengan wajah yang keras dan radikal.

Hal itulah yang dirasakan Imam Besar Masjid New York Shamsi Ali. Ia menceritakan pengalamannya setelah bertemu dengan seorang Rabi (pendeta Yahudi) yang awalnya sangat membenci Islam. Saking bencinya, saat bertemu Shamsi sang Rabi tak mau bersalaman.

Seorang Rabi itu tidak mau bertemu dengan imam Masjid New York, karena ada ketakutan Shamsi Ali adalah sosok yang Muslim yang keras. Namun, ketakutaaan itu rupannya sirna setelah enam bulan kemudian. Ia melihat gaya ceramah Shamsi Ali di televisi ternyata menyejukan, penuh dengan kedamaian. Saat itu ia menjadi suka.

Keduanya akhirmya kerap bertemu, hingga kemudian digelarlah pertemuan imam masjid dan Rabi di seluruh Amerika. Menurut Shamsi Ali, di awal awal dia tiba di Amerika Serikat memang pandangan warga di negeri Paman Sam itu terhadap Islam kurang baik. Misalnya, dianggap teroris, dan suka membunuh.

Paradigma dan kesalahpahaman semacam ini lah yang menurut Shamsi perlu diubah. Salah satu caranya dengan mengedepankan dialog. Dia berusaha menampilkan Islam tidak dengan kata-kata, ceramah-ceramah, beretorika tapi dalam bentuk perilaku.

“Bagi kami Jihad terbesar di Amerika itu adalah Jihad memerangi miskonsepsi tentang Islam,” kata Shamsi Ali belum lama ini, seperti dikutip dari detik.

Cara jihad dengan mengedepankan dialog dan perilaku Islami berhasil mengubah pandangan masyarakat Amerika terhadap Islam. Shamsi mencontohkan, saat Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan melarang orang Islam masuk ke AS, puluhan ribu warga non muslim ikut berdemonstrasi bersama umat Islam dalam gerakan “Today I am Moslem”.

Kebetulan konstitusi Amerika Serikat memang melindungi warga yang mengkritik kebijakan pemerintah. “Donald Trump bisa melarang tapi undang – undang membela kami, maka kami berani mengkritiknya,” kata Shamsi Ali. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here