Beragam Pendapat Siapa yang Pertama Kali Merayakan Maulid Nabi

566

Jakarta, Muslim Obsession – Bulan Rabiul Awal dalam kalender hijriah sangat ditunggu-tunggu dan dinantikan umat Islam. Karena dibulan ini ada sejarah besar yang pernah terjadi, yakni kelahiran Nabi Agung Muhammad Saw. Manusia terbaik yang lahir pada Hari Senin 12 Rabiul Awal atau tahun gajah.

Sebagai rasa syukur dan ungkapan kebahagian atas kelahiran Nabi Agung Muhammad, maka umat Muslim dunia selalu merayakan kelahiran Nabi dengan sebutan Maulid Nabi atau atau Maulud. Perayaan Maulid Nabi banyak dilakukan dengan berbagai cara dan keuinakannya.

Umumnya umat Islam merayakan dengan memperbanyak shalawat, berbagai sedekah, membaca dan mengenang kembali tentang sejarah kenabian, sekaligus refleksi diri untuk terus mengikuti jejak kenabian Muhammad. Namun siapakah sebenarnya orang pertama kali merayakan Maulid Nabi.

Masih ada sebagian orang yang mengatakan perayaan Maulid Nabi sebagai sesuatu yang Bidah karena Nabi sendiri tidak pernah melakukannya. Benarkah demikian? Orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi sampai saat ini masih silang pendapat atau banyak ditemukan versi.

Sejarah perayaan Maulid Nabi dapat kita ketahui dari beberapa referensi di antaranya keterangan Al-Maqrizy dalam kitabnya “Al-Khathat” yang menyebutkan perayaan Maulid dimulai ketika zaman Daulah Fatimiyah syiah di Mesir (berkuasa sekitar abad 4 H). Namun, ahlus sunnah waljamaah tidak sependapat dengan hal ini.

Sumber lain menyebutkan, Maulid dikembangkan oleh Abul Abbas Al-Azafi. Para ahli sejarah seperti Ibn Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh Al-Suyuthi sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.

Namun, pihak lain mengatakan bahwa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Shalahuddin kala itu menggelar perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat Islam untuk kembali berjihad membela Islam pada masa Perang Salib.

Ahmad bin ‘Abdul Halim Al-Haroni rahimahullah mengatakan:

صَلَاحِ الدِّينِ الَّذِي فَتَحَ مِصْرَ ؛ فَأَزَالَ عَنْهَا دَعْوَةَ العبيديين مِنْ الْقَرَامِطَةِ الْبَاطِنِيَّةِ وَأَظْهَرَ فِيهَا شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ

“Shalahuddin-lah yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya). Shalahuddin-lah yang menghidupkan syariat Islam di kala itu.” (Majmu’ Al Fatawa, 35/138)

Dalam perkataan lainnya, beliau mengatakan:

فَتَحَهَا مُلُوكُ السُّنَّة مِثْلُ صَلَاحِ الدِّينِ وَظَهَرَتْ فِيهَا كَلِمَةُ السُّنَّةِ الْمُخَالِفَةُ لِلرَّافِضَةِ ثُمَّ صَارَ الْعِلْمُ وَالسُّنَّةُ يَكْثُرُ بِهَا وَيَظْهَرُ

“Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Shalahuddin. Dia yang menampakkan ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah (Syi’ah). Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin terbesar luas.” (Majmu’ Al-Fatawa, 3/281).

Namun jauh sebelum itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa peringatan maulid sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad. Ini membantah pendapat bahwa peringatan maulid tidak pernah dilakukan Nabi.

Mengutip dari NU Online, dosen di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Muhammad Habib Mustofa, menerangkan bahwa bila yang dimaksud dengan memperingati secara mutlak, tanpa membatasi ekspresinya, Rasulullah telah mempraktikkannya.

“Beliau ialah orang pertama yang memperingati hari kelahirannya,” ujarnya.Nabi Muhammad mengagungkan hari kelahirannya dengan melakukan puasa. Dalilnya, “Dari Abu Qatadah ra, sesungguhnya Rasulullah telah ditanya perihal puasa pada Senin, beliau bersabda, “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu pula wahyu diturunkan.” (HR Muslim).

Dari pendapat itu, kita dapat menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad senantiasa memperingati hari lahirnya yaitu Senin. Ustaz Abdul Shomad dalam salah satu videonya menyatakan peringatan tersebut bahkan dilakukan beliau setiap minggu sekali, bukan tiap tahun sekali. Hanya, peringatan itu dilakukan beliau sendiri tanpa ada perayaan yang bersifat besar dan meriah dengan melibatkan pihak lain. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here