Belajar Syukur dan Ridha dengan Puasa

915
Fasting

Jakarta, Muslim Obsession – Sejatinya, puasa Ramadhan tidak semata rutinitas menjalankan kewajiban bagi umat Islam. Lebih dari itu, puasa adalah sarana belajar syukur dan ridha.

Demikian dikemukakan Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan saat memberikan kultum ba’da Shalat Zhuhur berjamaah di Musholla At-Tarbiyah Lantai VIII Gedung Kementerian Agama, belum lama ini.

“Puasa tidak sekedar ibadah rutin tetapi menjadikan kita agar pandai bersyukur dan ridha atas apa yang diberikan Tuhan,” kata Guru Besar Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Dilansir Kemenag, Nur Kholis menerangkan hakikat puasa dengan menukil ungkapan Abu Hasan as-Syadzili, pendiri tasawuf Syadziliyah dalam kitabnya Al-Mafaakhirul ‘Aaliyah fil Maasiris-Syaadziliyah: Idza aradta an tandzura ila allahi bi-bashiratil imani wal-iqani daiman fakun lini’amillah syaakiran wa-biqadhaaihi raadliyan.

“Jika kamu ingin diberikan anugerah melihat Allah dengan basyirah keimanan dan keyakinan, maka teruslah senantiasa bersyukur atas segala anugerah nikmat dari-Nya dan selalu rela dan ridha atas segela ketentuan-Nya,” jelasnya.

Nur Kholis mengatakan, bashirah bisa dimaknai sebagai mata batin. Semakin diasah, mata batin akan semakin bagus. Ini berbeda dengan kata “ainun” yang diartikan sebagai mata dalam pengertian biologis. “Kalau mata,  makin tua bukan semakin bagus, dan kadang mudah tertipu,” ujarnya.

Agar bisa melihat kebenaran Tuhan, kata M Nur Kholis, manusia harus rela (ridha) atas segala hal yang telah ditentukan Allah Swt. “Kalau kita bisa memenej hawa nafsu dengan bersyukur atas nikmat Allah dan rela akan ketentuan-Nya, maka itu bisa menjadi indikator bahwa puasa yang kita lakukan berkualitas,” tandasnya.

“Puasa kita bukan sebatas karena kita ingin mendapatkan pahala atau hadiah, tapi karena semata-mata barharap ridha Allah,” pesannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here