Belajar kepada Hamka

1208

Oleh: Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah)

Penjara adalah sebuah tragedi. Hatta bagi seorang Buya Hamka. Dua tahun ulama  bernama Haji Abdul Malik Karim Amrullah itu dibui tanpa proses pengadilan yang sah. Dakwaannya pun mengerikan, dituduh hendak membunuh Presiden Soekarno dan Menteri Agama Syaifuddin Zuhri. Suatu tudingan dan vonis yang jauh dari sifat ulama santun kelahiran Maninjau itu.

Hamka harus menerima derita penjara akibat politik penguasa yang marah dan terlibat perebutan hegemoni tahta dalam sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Hamka, juga HB Jasien, adalah korban pertarungan politik ideologis yang keras dalam perjalanan bangsa ini. Suatu krisis dan pergolakan politik yang panjang sejak pertengahan 1950-an sampai tahun 1965, yang diwarnai sejumlah pemberontakan dan perseteruan politik yang memakan korban anak-anak bangsa yang tak bersalah.

Tapi Hamka justru memberi mutiara berharga. Penjara dengan proses politik yang nista tidak membuat dirinya jatuh pada sikap kerdil dendam kesumat. Dia maafkan Soekarno dengan jiwa ikhlas. Bahkan, di tengah sebagian umat yang sorot pandangnya sempat nyinyir, Hamka justru mengimami shalat jenazah tatkala Presiden Indonesia itu wafat tahun 1971. Hamka pulalah yang tak bersetuju pemerintahan Soeharto melarang buku-buku Pramoedya Ananta Toer pasca tragedi G.30/S/PKI 1965, meski tokoh Lekra itu menjadi salah satu aktor yang menggiringnya ke penjara.

Politik kekuasaan sering melahirkan tragedi kelam. Bahkan Soekarno sang Proklamator itupun harus bernasib serupa di ujung hayatnya. Ia hidup terisolasi di Wisma Yaso untuk mengakhiri kisah perjuangannya yang panjang di negeri yang ikut ia dirikan. Lagi-lagi politik yang mengabdi pada hasrat kuasa semata memakan anak kandungnya sendiri tanpa rasa iba.

Hidup dipergilirkan Tuhan bak roda pedati (QS Ali Imran: 140-141), di tengah banyak anak negeri tak pandai mengambil hikmah penuh arti. Lalu, para pemburu tahta di setiap zaman bergantian mengulangnya kembali, seolah sejarah bangsa lewat begitu saja tanpa sukma sarat makna!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here