Belajar Ikhlas dari ‘Paket Sedekah’ Umi Nurul Huda

1051
Ilustrasi sedekah: Orang yang senang berbuat baik kepada orang lain termasuk yang dicintai Allah.

Muslim Obsession – Dua botol bekas softdrink yang diikat karet gelang bersama dua kotak kardus bekas snack tergeletak di depan pagar. Pada ikatannya tampak dua lembar uang dua ribu rupiah yang tak kelihatan lusuh sama sekali. Sepaket botol, kardus, dan uang itu diletakkan mencolok, terpisah dari rerimbunan rumput yang mulai meninggi.

Di teras rumah, Umi Hj. Nurul Huda tampak duduk tenang di atas sebuah kursi. Matanya yang sayu menebar pandangan ke depan, dimana pot-pot bunga dan sejumlah tanaman tumbuh di pekarangan. Namun matanya sedikit terusik ketika di pojok kanan pekarangan, dua ekor kucing bertengkar berebut makanan.

Tak berapa lama, dari arah kiri rumah, muncul seorang pengangkut sampah dengan gerobaknya. Dengan cekatan ia ambil tumpukan sampah. Ia juga ambil sepaket botol, kardus, dan uang yang sengaja disediakan untuknya. Setelah itu, ia berlalu sambil membungkuk pelan kepada Umi.

Pemberian ‘paket sedekah’ berupa seikat botol bekas, kardus, dan uang itu sudah berlangsung sejak lebih dari 10 tahun silam. Dulu ketika kondisi kakinya masih kuat berjalan, Umi dengan setia menunggui pengangkut sampah untuk memberikan ‘paket’ tersebut secara langsung.

Malam sebelumnya, usai Shalat Isya, Umi duduk di sofa panjang. Di kanan-kirinya berserakan botol-botol dan kardus bekas. Sementara di depannya ada satu plastik karet gelang. Umi kumpulkan satu botol dan dua kardus bekas lalu diikat bersama dua lembar uang dua ribu rupiah. Malam itu, tujuh ‘paket sedekah’ telah Umi siapkan.

‘Paket sedekah’ ala Umi, sesungguhnya, adalah konsep brilian. Terlihat sederhana, tapi menimbulkan sensasi kenikmatan nan membahagiakan. Nikmat bagi si pemberi, bahagia bagi si penerima. Terselip makna ikhlas di dalamnya.

“Bagi Umi, sedekah itu nomor satu. Itu yang selalu dikatakan kepada anak-anaknya. Dalam kondisi apapun, menurut Umi, sedekah itu harus dilakukan. Sedekah tidak cuma bisa memancing datangnya rezeki, tapi juga menolak bala,” ujar Mamiek, panggilan akrab si putri sulung, Rahmah Hisjam.

Kepada sanak saudara, tetangga, atau tamu yang datang, Umi tak pernah lupa untuk mempersilakan mereka makan. Meski di meja tamu berlimpah suguhan, makan ‘berat’ menjadi menu yang akan ditawarkan. Dan di ujung pertemuan, jangan heran jika Umi telah menyiapkan sekantung makanan untuk dibawa pulang.

Itu hanya satu dari banyak cara Umi bersedekah. Lainnya, Umi memiliki banyak ‘paket sedekah’ yang bisa membahagiakan dirinya dan orang lain. Di antaranya adalah dengan doa-doa yang dikirimkan Umi untuk orang-orang yang dicintainya. Tentu saja mereka tak mesti mengetahuinya. Cukup para malaikat yang mengaminkan dan menjadi saksi atas ‘paket sedekah’ yang dilafalkannya.

Sedekah adalah tradisi Amo dan Umi. Itu yang dipahami, lalu ditiru anak-anaknya saat ini. Semasa hidupnya, Amo (panggilan bagi H. Hisjam Jahja, suami Hj. Nurul Huda) juga memiliki banyak cara untuk bersedekah, seperti membantu pembangunan masjid dan pondok pesantren, mengajar, memberi santunan uang dan beras kepada orang-orang miskin, membagikan sarung kepada warga di lingkungan rumah, hingga menerima dan menjamu banyak tamu.

Bahkan, Amo pun tak suka menumpuk pakaian. Di dalam lemarinya selalu hanya ada lima potong pakaian. Jika Amo membeli pakaian baru, pakaian lamanya akan diberikan kepada marbot masjid atau orang-orang yang dianggapnya membutuhkan. Dan Amo memahami betul jika sedekah yang dilakukan dapat membuka keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla. Itu tergambar jelas dalam firman-Nya:

”Katakanlah, ’Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi Rezeki yang terbaik,” (QS. Saba [34]: 39).

Mengingat pentingnya sedekah, baik Amo maupun Umi meyakini jika sebenarnya merekalah yang membutuhkan sedekah. Apa sebab? Sedekah merupakan bagian dari upaya tazkiyatun nafs (membersihkan diri lahir-batin) dan dampaknya kembali kepada si pemberi. Sedekah juga bisa membuat hati menjadi tenang dan tenteram, jauh dari kegelisahan dan penyakit-penyakit kejiwaan.

Ya, sebagai sebuah kebaikan, sedekah berpotensi melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya. Apapun bentuk sedekahnya, meski hanya seulas senyum. Sedekah akan menanamkan semangat kasih sayang serta menjadi pintu silaturrahim dan pintu persaudaraan. Sedekah bisa membuat lawan menjadi kawan, musuh menjadi saudara, yang benci menjadi cinta.

*****

Kisah di atas terdapat dalam buku “Cinta, Doa, dan Ridha Ibunda: Kisah Inspiratif 80 Tahun Umi Nurul Huda” yang ditulis Imam Fathurrohman dan diterbitkan pada 2017. Buku tersebut merupakan biografi Hj. Nurul Huda, ibunda dari Drs. H. Usamah Hisyam, M.Sos (Ketua Umum PP Parmusi) dan Ir. HM. Ridwan Hisjam (Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar) yang wafat dalam usia 83 tahun pada Sabtu, 7 November 2020, pukul 11.53 WIB di RS. Graha Amerta Surabaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here