Baznas Bangun Instalasi Sterilisasi Air Minum di Papua

868
Baznas resmikan pembangunan instalasi air minum di Asmat (Foto: Republika)

Jakarta, Muslim Obsession – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membangun Instalasi sterilisasi air minum di area Masjid An-Nur, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua, Selasa (13/3/2018).

Program yang didanai Baznas dan beberapa donatur ini, mendapat apresiasi dari pemerintah setempat. Program ini pun langsung diresmikan oleh Bupati Asmat.

“Bupati Asmat sangat bergembira dan mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada Baznas yang telah memulai program yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat ini. Bupati berharap kasus penyakit akibat konsumsi air tidak bersih akan berkurang dan kesehatan masyarakat akan meningkat,” kata Direktur Pendistribusian Zakat Nasional BAZNAS, Mohd. Nasir Tajang, dalam rilis yang diterima, Selasa (13/03/2018).

Dia menjelaskan, air minum yang diberikan untuk masyarakat ini akan dikembangkan dengan sistem pembayaran murah atau barter dengan sampah plastik kemasan air minum.

“Dengan demikian, diharapkan Distrik Agats akan berkembang menjadi kota yang bersih dan indah. Namun bagi pasien yang dirawat di RSUD akan diberikan secara gratis,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Rumah Sehat Baznas Indonesia (RSBI) dr. Meizi Fachrizal Achmad, MSi, selaku ketua Tim Kriris Center BAZNAS menjelaskan, salah satu masalah terbesar pada masyarakat di Kabupaten Asmat adalah sulitnya mendapatkan air bersih.

“Hingga saat ini seluruh masyarakat masih mengandalkan sepenuhnya dari air hujan yang ditampung ke dalam tanur,” jelasnya.

Kondisi ini, lanjut Fachri, mengakibatkan banyaknya kasus penyakit yang disebabkan kekurangan air bersih, seperti diare, kulit, dan sebagainya. Masalah air bersih ini, tutur dia, menjadi faktor penyebab terjadinya kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat beberapa waktu lalu.

“Untuk mendapatkan air bersih, masyarakat harus membeli air mineral dalam kemasan, memasak air dengan kompor gas atau kompor minyak yang harganya relatif mahal. Dengan pendapatan masyarakat Agast yang rata-rata masih rendah, hal ini tentu sangat memberatkan. Bahkan tidak sedikit warga yang langsung mengkonsumsi air hujan. Jika masalah ini tidak diselesaikan, maka kasus KLB bukan tidak mungkin akan terulang kembali,” ucapnya. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here