Bangladesh Tak Banyak Berharap Bantuan Asing untuk Rohingya

1079
Seorang bocah pengungsi Rohingya membawa air di kamp pengungsi Kutupalong, di Cox's Bazar, Bangladesh Kamis (22/3/2018) (Photo: Mohammad Ponir Hossain/Reuters)

New York, Muslim Obsession – Menteri Luar Negeri Mohammed Shahriar Alam, mengatakan Bangladesh tidak mengharapkan banyak bantuan dari donor asing. Bahkan negaranya telah membayar sekitar $ 280 juta untuk membangun rumah dan membentengi pulau berlumpur di Teluk Benggala dari siklon.

Sekitar 700.000 Muslim Rohingya menyeberangi perbatasan dari negara Rakhine Myanmar sejak Agustus, dan berada di kamp-kamp sempit di Cox’s Bazar. Karena kesepakatan repatriasi antara negara-negara tetangga telah tertunda, Bangladesh menyiapkan rumah baru di pulau terdekat, yang disebut Bhasan Char. Ditargetkan selesai sebelum awal musim hujan musiman pada akhir April.

“Kami tidak memiliki banyak waktu,” ujar Alam di kantor PBB di New York, dikutip dari Reuters, Selasa (27/3/2018).  

“Sejauh ini kami membangunnya dengan keuangan kami sendiri. Saya tidak terlalu berharap berapa banyak dana yang akan dapat dikumpulkan oleh masyarakat internasional,” tandasnya.

Sekitar 300.000 pengungsi Rohingya sudah berada di Bangladesh. Alam membantah tuduhan organisasi kemanusiaan seperti Amnesty Internasional, yang mengatakan pulau lumpur tersebut rentan terhadap banjir.

“Beberapa orang mengemukakan kekhawatiran tentang Bhasan Char. Tapi sama sekali tidak ada alasan untuk khawatir karena kami sedang membangun tanggul,” katanya.

Alam juga mengatakan sejauh ini pihaknya belum melibatkan pihak lain, negara atau sejumlah organisasi untuk datang dan berkontribusi dalam masalah biaya.

Musim panas yang lalu, ketika ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan dari Myanmar, pemerintah Bangladesh mengalokasikan tanah milik negara untuk kamp mereka. Lahan itu adalah hutan cadangan Bangladesh. Hutan yang indah, padat, subur yang membentang sejauh bermil-mil di bagian selatan negara tersebut.

Namun, dalam beberapa bulan, hutan tersebut berubah menjadi lahan gundul. Sehingga, kini hanya berupa lumpur yang dipadatkan yang mudah hancur lebur saat disentuh. Kecepatan Rohingya melintasi perbatasan bulan Agustus lalu, membuat agen bantuan kemanusiaan cukup terkejut. Akibatnya, ribuan rumah dibangun tidak lebih dari tarpaulin dan bambu.

“Rumah-rumah di puncak bukit berisiko terkena tanah longsor dan banjir,” tutur salah satu relawan kemanusiaan Rohingya.

Badan pengungsi PBB, menunjukkan, nyaris sepertiga dari wilayah permukiman dapat terkena banjir. Dengan lebih dari 85.000 pengungsi kehilangan tempat penampungan mereka. Sedangkan 23.000 pengungsi lainnya yang tinggal di lereng terjal bisa berisiko mengalami tanah longsor.

Karena, letak kamp mereka ada di bagian atas Teluk Bawang yang berbentuk corong dan Bangladesh sangat rentan terhadap kerusakan siklon. Pada tahun 1970, sebuah topan di negara tersebut menewaskan hingga 500.000 orang. (Vina)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here