Aljazair, Pasar Non Tradisional, Potensi yang Tak Tersentuh

1331

Jakarta, Muslim Obsession – Pemerintah Indonesia akan menggelar Indonesia-Africa Forum (IAF) untuk pertama kalinya di Bali, pada 10-11 April 2018. Forum yang diinisiasi Indonesia ini adalah bentuk fokus diplomasi ekonomi Indonesia ke pasar non tradisional.

Salah satu negara pasar non tradisional yang berpotensi adalah negara Aljazair. Namun hingga saat ini sentuhan terhadap negara di pesisir Laut Tengah, Afrika Utara ini masih tak tersentuh oleh pemerintah Indonesia.

“Potensi kerjasama sebetulnya banyak (dengan Aljazair),” kata Dubes Indonesia untuk Aljazair, Safira Machrusah kepada Muslim Obsession, belum lama ini di Jakarta.

Sebetulnya, ungkap wanita yang diberi mandat oleh Presiden Joko Widodo RI (Jokowi) menjadi Dubes RI di Aljazair pada Januari 2016 ini, yang jelas potensi kerjasama perdagangan adalah minyak kelapa sawit (CPO). Impor CPO ini menempati urutan pertama.

“Impor Kelapa sawit dari Indonesia itu 92,3 persen,” jelasnya bersemangat.

Namun sayang, potensi pasar non tradisioal untuk Aljazair ini masih tidak tersentuh langsung oleh pemerintah Indonesia.

“Tetapi, selama ini yang kami dapatkan datanya bukan datang dari Indonesia, tetapi tidak directly (langsung) dari Indoensia, tetapi dari negara-negara ketiga. CPO dari Indonesia rata-rata masuk dulu seperti ke Mesir, Dubai, baru masuk Aljazair, kan sayang,” kata lulusan dari The Australian National University, Canberra, Australia ini.

Ini disebabkan, lanjut istri dari H.M. Taufiq Prabowo ini, Indonesia belum memiliki perjanjian G to G yang kongrit antara pemerintah Indonesia dan Aljazair.

Indonesia sudah seperti saudara tua bagi orang-orang Aljazair. Ini tak lepas dari peran Presiden ke-1 RI Soekarno di masa lalu. Pada tahun 1955, Aljazair mendapat kesempatan untuk mengikuti Konferensi Asia Afrika, padahal saat itu negerinya belum merdeka.

Tak heran, hingga saat ini orang Aljazair menganggap Indonesia adalah sahabat dekat. Terutama, Presidennya Abdulaziz Bouteflika sangat mengidolakan Soekarno.

Wanita yang akrab disapa Rosa ini berharap perkembangan diplomasi ekonomi antara Indonesia dengan negeri di jazirah Afrika yang berbatasan dengan Tunisia, Libia, dan Maroko ini berjalan dengan baik seperti yang diidamkan oleh Presiden Jokowi.

“Motto Presiden kita adalah kerja, kerja, kerja. Hal ini memang menuntut saya bekerja lebih keras,” tegas Rosa yang pernah menjabat Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) hingga tahun 2000 tersebut. (Popi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here