Ahmad Noe’man Perancang Masjid Kampus Pertama di Indonesia

1195

Oleh: M. Fuad Nasar (Konsultan The Fatwa Center)

Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (ITB) di lingkungan kampus di Jalan Ganesha No 7 Bandung oleh Prof. Dr. Doddy A. Tisna Amidjaja (Rektor ITB periode 1969 – 1976) disebut sebagai “laboratorium kerohanian” yang harus berfungsi setiap hari untuk dapat memberi perimbangan kepada laboratorium lainnya.

Masjid kampus yang mulai dibangun sejak dekade 1960-an itu lahir atas prakarsa aktivis kampus ITB, dewan mahasiswa dan beberapa staf pengajar, di antaranya T.M. Soelaiman, Muhammad ‘Imaduddin ‘Abdulrahim, Ahmad Noe’man, Ahmad Sadali, Adjat Sudrajat, dan beberapa nama lainnya. Mereka tidak kehabisan akal kendati Rektor ITB pada waktu itu tidak mengizinkan pembangunan masjid di lingkungan kampus. T.M. Soelaiman, Ahmad Noe’man, dan dua orang kawannya berinisiatif datang ke Istana Negara untuk meminta persetujuan Presiden Soekarno. Mereka juga mengundang Jenderal Abdul Haris Nasution dan Alamsjah Ratu Perwiranegara shalat Jumat di aula ITB dalam rangka menggalang dukungan bagi pembangunan masjid.

Jika diperhatikan arsitekturnya, Masjid Salman ITB menampilkan karakter yang unik dan istimewa. Nama Masjid Salman merupakan pemberian Presiden Soekarno, terilhami nama sahabat Rasulullah SAW dari Persia, Salman Al-Farisi, perancang parit ketika Perang Khandaq. Adapun rancangan gambar Masjid Salman dibuat oleh Ir. Ahmad Noe’man. Gambar arsitek itu ditandatangani oleh Bung Karno.

Pada saat diskusi dengan Presiden Soekarno di Istana Negara, mengapa tidak pakai kubah? Ahmad Noe’man menjawab dengan logika Soekarno, bahwa dalam Islam yang penting adalah ”api-nya”. Masjid sah-sah saja tidak berkubah. Soekarno setuju, sehingga dimulailah pembangunan Masjid Salman ITB.

ITB merupakan perguruan tinggi negeri pertama di Indonesia yang memiliki masjid, disusul kemudian Masjid Arief Rahman Hakim Kampus Universitas Indonesia (UI) Salemba Jakarta. Kini hampir semua kampus perguruan tinggi negeri dan swasta telah punya masjid atau minimal mushalla.

Masjid Salman ITB sekian lama telah berjasa membina dan melahirkan teknokrat muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta membentuk kader-kader pejuang umat yang tangguh. Selain shalat berjamaah dan shalat tarawih bulan Ramadhan, di Masjid Salman ITB digelar kajian Islam, Latihan Mujahid Dakwah oleh Bang Imad (Muhammad Imaduddin Abdulrahim) yang paling diminati mahasiswa di masa itu, dan kegiatan lainnya. Sesuai harapan para pendirinya Masjid Salman ITB adalah untuk melahirkan sebanyak mungkin sarjana yang beriman kuat.

Masjid kampus bersejarah itu pertama kali digunakan untuk shalat Jumat pada tanggal 5 Mei 1972sebelumnya dibuka secara resmi oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Doddy A. Tisna Amidjaja. Khatib Jumat pertama Prof. T.M. Soelaiman. Imam Abdul Latif Aziz dan Muazzin, Endang Saifuddin Anshari. Kepindahan kegiatan utama perkuliahan ITB ke Jatinangor, diharapkan tidak membawa kemunduran yang signifikan terhadap kegiatan dakwah dan cahaya Masjid Salman ITB yang bersejarah itu.

Masjid Salman ITB tak dapat dipisahkan dari sosok arsitek andal Ahmad Noe’man, karena dialah yang merancang bangunan masjid itu. Penulis pertama kali bertemu dengan Bapak Ahmad Noe’man  juga di Masjid Salman ITB sehabis shalat Jumat. Masjid kampus berlantai kayu yang kokoh dengan menaranya, tanpa kubah dan tanpa tiang penyangga atau soko guru, menjadi “magnet” bagi anak muda di dalam maupun dari luar kampus ITB yang hatinya dekat dengan masjid dan tertarik dengan kegiatan dakwah kampus.

Dari segi arsitekturnya, Masjid Salman ITB adalah masjid tanpa kubah dan tiang penyangga yang pertama di tanah air. Saat merancangnya sempat mengundang silang pendapat karena mengubah pola dan tradisi bangunan masjid yang selalu pakai kubah. Garis-garis vertikal pada bangunannya menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhan, sedangkan garis-garis horizontal dimaknai sebagai hubungan antara manusia dengan sesamanya. Begitulah filosofi yang ada dalam fikiran Ahmad Noe’man ketika menggambarnya. Salah satu prinsip Ahmad Noe’man ialah ijtihad, yakni melakukan terobosan berdasarkan ilmu sesuai perintah Al Quran dan meninggalkan taklid. Oleh karena itu, ia merombak tradisi tua arsitektur masjid di Indonesia dan beberapa negara lain yang umumnya pakai kubah.

***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here