Agama dan Millenial di Amerika 

1156

Konsep ini terimplementasi dengan ajaran yang menekankan “equalitas” sejati. “Wahai manusia sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita. Dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang termulia di antara kalian dalam pandangan Allah adalah yang paling bertakwa. Sesunguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Memahami”.

Konsep ini lebih ditekniskan oleh Rasulullah Saw ketika mengatakan: “tiada kelebihan orang Arab di atas non Arab, dan tiada kelebihan non Arab di atas Arab, juga tidak orang putih di atas orang hitam, atau orang hitam di atas orang putih kecuali dengan ketakwaannya”.

Ajaran inilah yang menjadikan Islam sejak lama menjadi daya tarik bagi warga hitam Amerika sejak lama.

Ketiga, agama dianggap penghalang kemajuan

Sejak lama agama di dunia Barat dianggap penghalang atau bahkan racun kehudidupan manusia. Betapa tidak, di tengah kegenitan intelektualitas manusia dengan berkembang pesatnya keilmuan dalam segala bidang, agama tampil sebagai konsep terbalik.

Di saat ilmu pengetahuan menemukan jika bumi ini bulat, agama bersikukuh jika bumi ini hampar. Ketika ilmuan yang beragama melanggar konsep agama mereka dikafirkan bahkan dijatuhi hukuman yang sangat tidak manusiawi.

Keadaan agama seperti itu menumbuhkan antipati dan bahkan kebencian kepada agama. Maka yang terjadi ada dua kemungkinan. Manusia meninggalkan agama. Atau agama yang kemudian dimodifikasi berdasarkan kemajuan ilmu pengetahuan.

Situasi ini berlaku hampir dalam semua komunitas agama, termasuk komunitas Muslim. Anak-anak muda kerap melihat agamanya atau tepatnya melihat bahwa beragama itu mengurangi jalan bagi kemajuan.

Akibatnya tidak saja kehilangan “trust” (kepercayaan) kepada agama. Bahkan mereka dalam banyak hal kehilangan percaya diri (confidence) dalam beragama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here