Ada Jamaah Haji Waria, Bagaimana Cara Berhajinya?

1295

Haji Ari yang mendaftar haji di Kolaka, Sulawesi Tenggara, tanpa ragu mengatakan golongannya. “Iya, golongan saya memang disebut waria,” kata dia saat ditemui di Bandara King Abdulaziz saat sedang mengantre menuju bus.

Wajahnya masih penuh bedak saat itu. Bibirnya pun bergincu. Serupa juga foto besar yang ia gunakan sebagai penanda koper. Ada wajah seorang pria dengan peci hitam namun berbedak tebal di situ.

Ia mengatakan, pergi naik haji dengan hasil membuka usaha salon rambut dan kecantikan serta rias pengantin di Soppeng, Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, ada adat istiadat lama soal keberadaan para bissu. Transgender kultural ini ditugasi dalam upacara-upacara adat. Namun Haji Ari mengatakan, ia bukan bagian dari kelompok tersebut.

Tak hanya itu, ada alasan mengapa ia meminta dipanggil Haji Ari. Tahun ini ternyata bukan pertama kalinya ia ke Tanah Suci. “Saya sudah empat kali ke sini,” kata dia mantap.

Bagaimanapun, hari itu Haji Ari membuat banyak mata menoleh. “Siapa dia?” tanya para petugas Arab Saudi yang keheranan dengan sosok Haji Ari. Petugas Daker Bandara PPIH Arab Saudi pun kebingungan menjawab. Mereka hanya bisa memikirkan kata-kata Arab yang menggambarkan golongan Haji Ari terlepas dari rerupa konsekuensi fikihnya. “Khunsa…khunsa…”.

Dilansir PHU, Selasa (14/8/2018) menurut Konsultan Pembimbing Ibadah Haji, Ahmad Kartono, dalam Islam dikenal dua jenis waria. Dalam berhaji pun diberikan dua hukum atas waria.

“Waria yang betul-betul waria, hukumnya seperti hajinya kaum wanita,” kata mantan Direktur Pembinaan Haji itu saat dihubungi melalui pesan singkat beberapa hari lalu.

“Sedangkan waria yang sewaktu-waktu berubah seperti wanita atau laki-laki maka hukumnya disesuaikan dengan kondisi yang bersangkutan pada saat itu, termasuk saat berhaji. Ini yang disebut Khunsa Musykil,” pungkas Kartono. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here