Sejarah di Balik Penembakan Meriam Saat Berbuka Puasa 

2014
Seorang polisi Mesir di Kairo menembakkan meriam untuk mengumumkan waktu untuk berbuka puasa selama bulan Ramadhan (Photo: Arab News)

Muslim Obsession – Salah satu tradisi Ramadhan yang paling populer adalah penembakan meriam atau cannon-firing saat tiba waktu berbuka puasa.

Tradisi ini masih dilakukan di beberapa negara Muslim termasuk Mesir, UEA, Bangladesh, Kuwait, dan paling terkenal di wilayah pegunungan Makkah.

Meriam memiliki tempat yang sangat istimewa di hati banyak orang di Makkah. Penembakan meriam ini biasanya ditangani oleh polisi Makkah setiap Ramadhan. Ini yang membuat anak-anak sangat antusias menantikan momen matahari terbenam.

Mayor Abdul Mohsin Al-Maimani, juru bicara departemen kepolisian Makkah, mengatakan bahwa masyarakat dengan bersemangat menunggu suara meriam selama bulan Ramadhan.

Tahun ini, ada dua meriam di Madinah, salah satunya di Salaa Mountain. Selama masa pemerintahan Raja Faisal, meriam kedua ditempatkan di bukit di luar Quba Castle. Namun tahun ini, Madinah tidak akan melaksanakan tradisi cannon-firing, karena malfungsi operasional dan masalah persyaratan teknis.

Dilansir Arab News, Jumat (18/5/2018) penembakan meriam memiliki akar sejarah yang mendalam. Dapat ditelusuri di Mesir pada abad ke-19, dan menurut beberapa catatan bahkan sejauh abad ke-15, di era Mamluk.

Meriam ditembakkan untuk memberi tahu para jamaah Muslim bahwa waktu untuk berbuka puasa telah tiba. Penembakan kedua dilakukan beberapa saat kemudian, ketika panggilan shalat Subuh, sekaligus menandai dimulainya hari puasa yang baru.

Ada beberapa versi berbeda dari kisah tentang bagaimana tradisi meriam ini muncul. Salah satunya ialah, bermula dari sultan Mamluk di Kairo yang ingin menguji salah satu meriam barunya. Kebetulan eksperimen itu bertepatan saat berbuka puasa Ramadhan.

Sejak itu, penduduk mengira sultan telah menembakkan meriam untuk memberitahu jamaah bahwa sudah waktunya untuk berbuka puasa. Ketika sultan melihat betapa bahagianya orang-orang dengan inovasi baru ini, dia memutuskan untuk melakukannya setiap hari.

Catatan kedua mengatakan bahwa Muhammad Ali, penguasa Mesir pada awal abad ke 19, yang menembakkan meriam buatan Jerman pada waktu Maghrib. Hampir mirip dengan cerita pertama, setelah mendengar dentuman meriam itu, orang-orang berpikir bahwa suara meriam tersebut adalah tanda untuk berbuka puasa.

Ada juga yang mengisahkan bahwa tradisi penembakan meriam ini berawal sejak masa Khedive Ismail di Mesir pada akhir abad ke-19. Cerita yang sama juga mengatakan bahwa tentara sedang menguji sebuah meriam yang meledak tepat pada waktu Maghrib.

Ketika Fatimah, putri khedive, mendengar suara meriam itu, dia mengeluarkan dekrit yang mengatakan bahwa meriam harus digunakan setiap waktu Maghrib. Juga selama acara resmi pada hari raya Idul Fitri. Maka untuk alasan tersebut, beberapa orang sering menyebut tembakan meriam selama Ramadhan ini sebagai “meriam Fatimah.” (Vina)

 

Baca Juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here