Rumah Hafidz Indonesia, Mencetak Para Penghafal Al-Quran dalam Waktu Singkat

4139

Karena Dauroh ini hanya 50 hari, maka para santri diminta agar tetap menjaga hafalannya saat sudah keluar. Saat seorang menghafal Al-Quran selama 50 hari, jelas Ustadz Syafruddin, tidak semata-mata hafalan para santri akan langsung kuat begitu saja. Apalagi di Dauroh ini proses menghafal selama 50 hari hanya sebatas kulitnya saja, belum pada isinya. Oleh karenanya diperlukan muroja’ah (pengulangan).

“Untuk menghafal sampai kepada isinya, seorang santri harus muroja’ah, harus mengulang hafalannya dan membuat target kembali di rumah. Satu hari minimal berapa kali untuk bisa murojaah, atau kemudian membuat target sendiri ketika selepas shalat, misalnya bisa dengan memulai dari dua halaman atau kemudian tiga halaman sesuai dengan waktu yang dimiliki karena ketika ada di rumah sudah berbeda waktunya dengan ketika di Dauroh,” tuturnya.

Ustadz Syafruddin menjelaskan, untuk muroja’ah setiap santri harus benar-benar memiliki waktu yang baik, karena pada dasarnya muroja’ah bukanlah kegiatan sampingan.

“Kalau ada guru malah lebih bagus. Ini untuk mengikat hafalan. Kemudian yang kedua, muroja’ah bisa dilakukan dengan membaca ayat yang dihafalkan dalam shalat sebanyak-banyaknya, karena membaca dalam shalat akan mengingatnya. Insya Allah ini akan memperkuat hafalan,” lanjutnya.

Selain itu, metode ini juga dapat diterapkan di rumah, tapi mungkin harus memiliki lingkungan yang mendukung, yaitu memiliki waktu yang sama seperti di Dauroh dan seorang guru. Keberadaan seorag guru sangat penting agar hasil hafalannya itu dapat disetorkan.

Untuk guru sendiri tidak harus dari orang luar, bisa saja hafalan itu disetorkan kepada suami ataupun istri, dan membuat jadwal minimal sesudah shalat.

“Ketika mereka ada di rumah pada jam-jam tertentu atau pada waktu-waktu shalat tertentu mereka membuat jadwal untuk menghafal. Kemudian ketika menghafal itu mereka tidak ada pekerjaan yang lain, mereka tidak boleh diganggu dengan yang lain. Khusus menghafal, berapa pun dapatnya, kemudian mereka menyetorkan dan mencatat berapa yang sudah mereka setorkan,” jelasnya.

RHI berdiri pada 2015, dimana saat itu dua pengurus memikirkan bagaimana agar kegiatan tahfidz Al-Quran bisa dilaksanakan maksimal dan dalam waktu singkat. Tidak berhenti di situ, tahfidz Al-Quran juga dapat diikuti oleh semua kalangan, entah itu dari anak-anak sampai orang tua.

Berangkat dari itu, para pendiri ini juga memilliki keinginan besar terhadap RHI ini terutama mencetak para hafidz Al-Quran. “Kita ingin kegiatan tahfidz Al-Quran ini bisa dilaksanakan dalam waktu yang singkat dan bisa diikuti oleh semua orang. Dari tahun 2015 itu sampai sekarang sudah hampir masuk tahun keempat, dan alhamdulillah cita-cita itu terlaksana,” tutupnya. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here