Manuver TGB Dan Sandraan Demokrasi

727

Oleh : Bagas Kurniawan (Aliwa Institute)

Dalam dunia perpolitikan sudah mahfum dan lumrah jika antara satu patrai dan partai yang lain saling menyandra. Ada yang menjadi partai koalisi dan juga oposisi. Pun sama halnya jika dalam mencapai tujuan ada yang saling bermesraan besok bisa jadi lawan dalam pertarungan. Inilah wajah sejatinya sistem Demokrasi yang saat ini diagung-agungkan. Dan menjadi satu-satunya sistem yang banyak dari kalangan politikus di nilai sebagai sistem yang mengedepankan rasa keadilan.

Berbicara terkait sistem Demokrasi yang katanya dapat mensejahterakan rakyat, ini adalah seseuatu yang naif dan tidak sesuai dengan nalar manusia yang cenderung terus berfikir dan ingin mencapai kesejahteraan, baik sandang, papan,ataupun pangan.

Dunia politik pada saat ini menyuguhkan sebuah pandangan bahwa jika ada seseorang yang berbicara politik akan lebih cenderung dilihat, bahwa politik itu kotor, percuma bicara politik “apa untungnya?” dan hal-hal negatif thinking lainnya.

Saat ini publik di hidangkan berbagai macam intrik politik, seperti yang kita ketahui Tuan Guru Bajang yang sering disapa TGB, beberapa bulan kemarin menjadi bahan perbincangan publik dan di gadang-gadang ingin di calonkan sebagai Capres atau Cawapres. Gebernur NTB ini di nilai layak untuk maju dalam Pilpres 2019. Namun, sayang banyak dari masyarakat yang masih berfokus terhadap sosok pemimpin, bukan pada atauran apa yang ia pimpin. Pada akhirnya publik di kejutkan dengan keputusan TGB untuk mendukung pemerintahan Joko Widodo dua periode. Ia menyatakan bahwa selama Jokowi memimpin, pencapaian kawasan ekonomi di NTB sudah berhasil dan terus berlari. Menurutnya, jika ada pergantian di level kepemimpinan nasional, maka akan terjadi kemandekan baik dari segi ekonomi maupun sosial di wilayah NTB. (04/07/2018).

Perlu disadari bahwa sistem Demokrasi hanya memandang manfaat. Selama dalam sebuah kepentingan di temukan ada manfaat maka ia tak segan-segan untuk mencapaiannya walaupun harus menjilat ludah sendiri, dan melawan kawan seperjungan. Itulah sejatinya sistem Demokrasi.

Kini, masyarakat dapat melihat mana partai politik yang seantiasa ingin menyelamatkan negeri ini dari keterpurukan, dan mana yang ingin merusak dan tak peduli terhadap aspirasi masyarakat. Hari ini TGB, besok siapa lagi ? hari ini partai politik di pusat mengatakan tidak akan berkoalisi dengan partai pendukung Penista Agama, namun di daerah mereka bersatu padu dalam mendulang suara.

Rakyat dibuat bingung melihat sistem perpolitikan di negeri ini. Politik di dalam Islam yakni “ri’ayah” yaitu “mengurusi”. Bagaiamana akan mengurusi rakyat jika dalam mengurus rakyat dibuat binggung dan dicekik dengan berbagai kebijakan-kebijakan dzalim. Apakah dengan dinaikkannya BBM, TDL, swastanisasi BUMN, itu yang disebut sebagai kesejahteraan ?

Umat harus cerdas dalam memilih sebuah pemimpin. Terlebih dalam sebuah sistem kepemimpinan. Rakyat akan terus dibohongi dengan sebuah sistem yang semakin hari makin menunjukkan kebobrokannya. Dan pemimpin yang baik tidak akan lahir dari rahim yang rusak dan sakit. Pemimpin yang baik pasti akan lahir dari rahim atau induk yang baik pula. Dan tidak ada sebuah kebaikan bagi manusia kecuali dengan menjadikan Islam sebagai peraturan kehidupan, baik individu, kelompok, maupun negara.

Wallahu ‘alam.

http://bit.ly/MediaPembebas

@media_pembebas

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here