Hati-Hati Hidup Dalam Kemewahan

1811

Jakarta, Muslim Obsession – Semua orang pasti memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Rata-rata, hampir setiap orang memiliki tujuan hidup untuk sukses dan bahagia. Seringkali, kesuksesan dan kebahagiaan seseorang diukur dengan harta dan tahta yang mereka miliki.

Bagi orang awam, semakin banyak harta yang mereka miliki maka hidup mereka akan semakin sukses dan semakin bahagia. Namun sayangnya, harta yang melimpah ruah dapat membutakan hati nurani seseorang hingga bahkan membuatnya jauh dari Sang Pencipta.

Hal tersebut juga terjadi pada kaum ‘Aad yang tinggal di wilayah perbukitan di sebuah daerah antara Yaman dan Oman. Mereka terkenal begitu ahli membangun gedung-gedung tinggi dengan menara-menara yang tinggi. Kaum ‘Aad juga dikaruniai tanah yang begitu subur dengan sarana irigasi yang juga begitu baik. Mereka bahkan memiliki banyak pasokan air yang dapat menyuburkan perkebunan mereka.

Dengan karunia tersebut, orang-orang kaum ‘Aad hidup dengan sangat makmur. Mereka membangun tempat tinggal yang begitu indah dan megah, serta membangun istana-istana mewah. Sayangnya, kemegahan dan kemewahan tersebut membuat kaum ‘Aad menjadi lupa diri. Mereka hanya menuruti hawa nafsu mereka saja dan tak pernah kenal puas.

Perilaku kaum ‘Aad sudah melampaui batas dengan melupakan Sang Pencipta mereka. Bukannya beriman kepada Allah, mereka justru menyembah berbagai macam berhala yang mereka sebut sebagai “Shamud”, “Shada”, dan “Al-Haba”.

Oleh karena itulah Allah mengutus seorang Nabi untuk mengajak kaum ‘Aad kepada kebenaran. Nabi yang diutus oleh Allah adalah Nabi Hud AS sebagaimana Allah menceritakannya dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 65.

Dalam ayat tersebut Allah berfirman, “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raf: 65)

Nabi Hud AS begitu sabar menyerukan kebaikan kepada kaum ‘Aad dan mengajak mereka untuk menyembah Allah. Namun sayangnya, ajakan Nabi Hud AS tersebut justru diabaikan dan dilecehkan oleh kaum ‘Aad. Bahkan mereka juga sempat menantang Nabi Hud AS untuk menurunkan azab dari Allah sebagai bukti.

Allah pun tak segan-segan menimpakan azab kepada kaum ‘Aad. Saat itu mereka ditimpa kemarau berkepanjangan selama tiga tahun lamanya. Mereka pun kehilangan lahan pertanian dan perkebunan yang selama ini mereka banggakan dan menjadi tumpuan hidup mereka. Nabi Hud AS pun kemudian memperingatkan kaum ‘Aad dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Sebagaimana Allah mengkisahkannya dalam Al-Quran surat Hud ayat 52.

Allah berfirman, “(Nabi Hud AS berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52)

Sayangnya, kaum ‘Aad tetap tidak mendengarkan ajakan Nabi Hud AS dan enggan beriman kepada Allah. Akhirnya Allah mengazab kaum ‘Aad dengan angin Samun yang berhembus dengan dahsyat. Gunung-gunung pun hancur dan kaum ‘Aad merasa sangat ketakutan. Angin tersebut berlangsung selama delapan hari tujuh malam dan membuat Kaum ‘Aad tewas bergelimpangan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Haqqah ayat 6-8.

Allah berfirman, “Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu liat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka.” (QS. Al-Haqqah: 6-8). (Berbagai Sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here