Fakta Menarik Presiden ‘Turki Baru’ Recep Tayyip Erdogan

5074
Presiden Tuki, Recep Tayyip Erdogan (Foto: Aljazeera)

Jakarta, Muslim Obsession – Kemenangan yang kembali diraih Recep Tayyip Erdogan pada pemilu Presiden Turki 2018, Senin (25/6/2018) kian menjadi kabar membahagiakan bagi sejumlah negara. Erdogan meraih lebih dari setengah total suara yang sah.

Hebatnya, Erdogan meraih kemenangan di tengah tingginya partisipasi politik yang sangat tinggi. Jumlah pemilih disebutkan mencapai 87 persen.

Lalu, siapakah sebenarnya tokoh yang dielu-elukan oleh Turki ini? Yuk, kita intip fakta-fakta menarik tentang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berikut ini:

Biodata Singkat

Recep Tayyip Erdogan, presiden sekaligus mantan perdana menteri Turki ini lahir di Istanbul Turki, 26 Februari 1954. Ibunya bernama Tenzile Erdogan. Sedangkan ayahnya Ahmet Erdogan, ialah seorang penjaga pantai dan kapten laut.

Ia menikah dengan Emine (Gulbaran) Erdogan, pada 4 Juli 1978-sekarang. Dari tali cinta keduanya, mereka dikaruniai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Tahun 1981, Erdogan mengenyam pendidikan di Marmara University, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Administrasi.

Dia cukup aktif dalam lingkaran Islamis pada tahun 1970-an dan 1980-an. Menariknya, sebelum karier politiknya melejit, Erdogan adalah pemain sepak bola semi-profesional. Waktu bergulir, Erdogan dianggap sebagai sosok yang terpolarisasi: para pendukung mengatakan dia telah meningkatkan ekonomi Turki dan memperkenalkan reformasi politik.

Tak jarang, Erdogan juga menuai berbagai kritik dan tuduhan. Di antaranya Erdogan dianggap cenderung otokratis, korupsi dan boros. Erdogan juga sering dikritik karena dinilai gagal melindungi hak-hak perempuan dan hak asasi manusia.

Dia juga dituding membatasi kebebasan berbicara dan berusaha untuk mengekang identitas sekuler Turki. Erdogan pernah menyebut media sosial sebagai ancaman terburuk bagi masyarakat.

Perjalanan Erdogan

1984 – Dipilih sebagai kepala distrik Partai Kesejahteraan.

1985 – Terpilih sebagai Kepala Partai Kesejahteraan Provinsi Istanbul dan menjadi anggota dewan eksekutif pusat partai.

1994-1998 – Wali Kota Istanbul.

1998 – Partai Kesejahteraan dilarang. Erdogan sempat dipejara selama empat bulan, karena dianggap menghasut kebencian agama setelah membaca puisi kontroversial.

Agustus 2001 – Mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan yang berakar Islam (AKP).

2002-2003 – AKP Erdogan memenangkan mayoritas kursi dalam pemilihan parlemen, dan dia ditunjuk sebagai perdana menteri.

2003-2014 – Menjabat sebagai perdana menteri.

Juni 2011 – AKP menang dengan selisih besar dalam pemilihan parlemen, mengamankan masa jabatan ketiga untuk Erdogan.

Juni 2013 – Demonstrasi anti-pemerintah menargetkan kebijakan Erdogan, termasuk rencananya untuk mengubah taman menjadi mal, dan menyerukan reformasi politik. Ribuan orang dilaporkan terluka dalam bentrokan itu.

Desember 2013 – Penyelidikan korupsi dimulai yang menginvestigasi lebih dari 50 tersangka, termasuk anggota lingkaran dalam Erdogan. Bulan berikutnya, pemerintah memecat 350 petugas polisi di tengah penyelidikan.

Maret 2014 – Setelah Erdogan mengancam untuk “memberantas” Twitter pada kampanye, Turki kemudian melarang situs media sosial, dan terjadi pemadaman listrik selama dua minggu.

10 Agustus 2014 – Erdogan terpilih sebagai presiden selama pemilihan langsung pertama kalinya.

November 2014 – Pada KTT yang diselenggarakan oleh kelompok wanita di Istanbul, Erdogan mengatakan bahwa wanita dan pria tidak sama. Karena baginya sifat mereka berbeda. Ini bukan pertama kalinya pemimpin Turki itu membuat komentar kontroversial tentang perempuan.

Sebelumnya, dia mengatakan kepada mahasiswa Turki bahwa mereka tidak boleh “pilih-pilih” ketika memilih seorang suami. Erdogan juga mengimbau semua wanita Turki untuk memiliki tiga anak.

7 Juni 2015 – Dalam pemilihan parlemen Turki, AKP memenangkan 41% suara.

15-16 Juli 2016 – Selama percobaan kudeta oleh faksi militer, setidaknya 161 orang terbunuh dan 1.140 terluka. Erdogan berbicara kepada negara melalui FaceTime dan mendesak orang-orang untuk turun ke jalan. Guna membela faksi militer di belakang pemberontakan. Dia menyalahkan upaya kudeta terhadap ulama dan saingan Fethullah Gulen, yang tinggal di pengasingan di Pennsylvania.

16 April 2017 – Pemungutan suara diadakan pada amandemen konstitusi yang memperluas kekuasaan presiden Erdogan. Media pemerintah Turki melaporkan bahwa sekitar 51% orang memilih ‘ya’ pada referendum, yang menghapuskan sistem parlementer negara itu. Maka secara potensial memungkinkan bagi Erdogan untuk tetap berkuasa hingga 2029.

16 Mei 2017 – Erdogan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih. Selama konferensi pers bersama, Erdogan memuji kemenangan elektoral Trump dan bersumpah untuk membantu Amerika Serikat melawan terorisme.

12 Oktober 2017 – Erdogan menuduh AS mengorbankan hubungannya dengan Turki dalam pidato yang dibuat beberapa hari. Setelah penangkapan seorang anggota staf konsulat AS. Serta pengumuman bahwa dia menolak untuk mengakui otoritas duta besar AS, John Bass.

Desember 2017 – Mengecam keputusan Presiden Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Bahkan Erdogan menyatakan langkah untuk membuka kedutaan Turki di Yerusalem.

Juni 2018 – Erdogan kembali menjabat sebagai Presiden Turki.

(Vina – Sumber: Recep Tayyip Erdogan Fast Facts)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here